Ada perasaan haru dan seneng, ketika sore ini mendapat telepon dari seseorang yang sudah saya anggap saudara sendiri. Biasanya, kalo dia telpon, untuk menghabiskan bonusan pulsa yang dimilikinya. Sore ini dia mengabarkan tentang usaha yang baru dirintisnya, jasa layanan pembayaran di desanya. Karena menurutnya, hanya ada 1 saja counter saja di desa. Sementara itu di desanya banyak yang belum tersentuh dengan kepraktisan itu. Dari situlah, muncul ide untuk membuat usaha pembayaran tersebut.
Dari ceritanya, dia menerapkan ide jemput bola, karena di desanya kebanyakan mbah-mbah yang tinggal dirumah dan bakal repot kalo harus datang ke counter miliknya. “Mesakke ben aku wae sing methuk” tuturnya. Ceritanya pun berlanjut, dan yang bikin saya geleng-geleng, area yang dihandlenya meliputi 200 KK. Saya pun bisa bayangin kondisinya, dia dengan vespa bututnya yang dilengkapi box dibagian belakang, keluar masuk kampung, dengan gayanya pake topi pet, mirip banget dengan mantri sunat :D. Piss masbro.
Tuntutan hidup yang membuatnya harus hengkang dari Semarang, sementara anak istrinya di kampung. Sosok yang ngemong dan tahan banting kalo menurut saya, kerjanya dulu ketika di semarang, ikut dengan EO dan kadang menjadi crew foto video punya saya dulu. Sekalipun secara posisi jobdesk sebagai crew, saya pun tak pernah merendahkan dia, lha wong dulu susah seneng yang dirasakan bareng, dan seringnya malah di kosnya dia saya rusuhi, saya numpang ngekost dan makan. Namun saya akui, jiwa militannya kuat, entah apa karena dia tumbuh dengan komunitas vespa yang memang kental rasa brotherhoodnya, yang pasti, dia yang selalu memotivasi saya.
Setelah ngobrol ngalor ngidul tadi, cerita tentang anak dan istrinya, cerita tentang dia yang habis sakit karena pembengkakan ginjal, di akhir cerita dia tanya sesuatu hal yang diluar dugaan saya, dia nanya tentang software editing video, saya pun penasaran, karena setahu saya, kadang dia nyuting namun tidak pernah tertarik dengan urusan edit mengedit. Usut punya usut, akhirnya dia bilang “#Djenar tak urupke ning kene bos, meskipun murah, tapi lumayan iso nggo nambah2”.
Dulu, ketika saya masih berkutat dengan foto video, saya selalu bilang ke temen-temen, setiap orang bikin satu merk ya, biar nanti rejekinya bisa muter, nggak Cuma dari vendor punya saya, ada hari dimana saya jadi bos, ada hari dimana saya tukang foto dan bosnya temen2, gantian, biar semuanya pernah ngerasain menjadi bos, dan seinget saya, segmen2 vendor yang dibikin temen2 itu, berbeda-beda semua, jadinya nggak pernah bentrok. Ya agar semuanya biar tetep bisa hidup dan bisa makan sehari2, iya sesederhana itu pemikiran saya waktu itu.
Dan Djenar itu adalah nama anaknya yang dipilih menjadi nama vendor miliknya, dan saya paham ketika yang dimaksud dengan “diurupke” itu berarti vendor foto-video miliknya yang di buka di desanya. Dan kabar yang saya terima di sore ini, membuat saya kembali bersemangat, dan honestly, ada perasaan seneng yang saya rasakan.
SEMANGAT :D.
Sukses MbahBro buat #Djenar nya ^_^