This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 30 Desember 2013

Sebuah Catatan Akhir Tahun



Pagi ini, hari terakhir di tahun 2013. Sedikit mereview kebelakang sejenak, banyak sekali momen-momen penting yang terjadi di tahun ini. Tahun ini semacam Tahun Kebangkitan bagi saya pribadi. Di tanggal ini, tahun lalu, saya bahkan tidak mengetahui mau kemana arah perjalanan saya ini. Namun ada 1 tekad kuat yang saya simpan waktu itu, yang intinya, “ketika saat ini saya belum mampu berbuat apa-apa, saya akan membantu orang lain terlebih dulu”, ada keyakinan dalam diri saya, bahwa akan ada jalan, akan ada pintu yang terbuka untuk saya memasuki ruang yang akan memperbarui kehidupan saya. Saya percaya Tuhan tidak pernah menutup mataNya.

Perlahan tapi pasti, meskipun bisa dibilang jalannya tidak mulus waktu itu, saya menemukan kembali jalan saya. Perjuangan saya tidak sia-sia, dan saya meyakini, tidak pernah ada perjuangan yang sia-sia dalam hidup saya, sekalipun waktu itu, rasanya bisa dibilang menyakitkan.

Menjadi operator warnet, menjadi jalan pembuka saya waktu itu. Saya melamar menjadi operator warnet, karena saya berpikir, bahwa dengan menjadi operator saya bisa online sepuasnya tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Dari situlah, saya menemukan keajaiban-keajaiban kecil. Pekerjaan yang tidak pernah terpikirkan sama sekali, namun dari situlah saya belajar banyak dan akhirnya membuat saya mengerti cara melayani orang dengan kondisi berbeda – sebagai karyawan, padahal biasanya saya melayani konsumen sebagai pemilik sebuah usaha, intinya disitulah saya diajari sabar. Dan saya sangat beruntung, pemilik warnet tersebut membuka ruang yang seluas-luasnya untuk saya.

Saya akan sedikit cerita tentang diri saya, internet sudah menjadi teman saya sejak medio 2006, namun ketika tahun 2012 saya mendapat pelajaran dari kesalahan-kesalahan saya, yang membuat saya hengkang dari kota Semarang, hampir 6 bulan di kota Kediri, jarang sekali online, karena gadget pun juga sudah tidak punya, apalagi uang. Hampir 6 bulan lamanya, jarang bersentuhan dengan dunia online yang notabene sudah menjadi sahabat. Rasanya mungkin kayak orang yang pensiun, tiba-tiba berhenti bekerja, alhasil, stress pun melanda karena tidak ada kegiatan, dan itu pun saya alami juga.

Saya sangat mensyukuri, setiap kejadian yang saya alami, karena dari kejadian itu, ada banyak hal yang bisa saya pelajari. Ketika hari ini saya berada di tempat yang jauh lebih baik dari tahun kemarin, saya tidak akan pernah lupa kejadian-kejadian yang saya alami sampai dengan saat ini. Dan ada satu catatan penting yang sangat saya garis bawahi, terkadang bukan orang dekat yang akan menguatkan diri kita dalam perjalanan ini, berdasar pengalaman saya, justru orang-orang barulah yang menguatkan dan mensupport diri saya tanpa mempedulikan apa masalah saya di masa lalu, dan malah mencarikan solusi untuk menyelesaikan masalah2 yang ada.

Luar biasa buat saya tahun ini, sekalipun di tahun ini saya pun memutuskan harus berpisah juga dengan orang yang mensupport saya, namun hal ini justru menguatkan saya untuk bergerak maju. Ada lembaran masa lalu yang harus ditutup,dan ada juga lembaran yang harus dibuka untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Masih banyak mimpi-mimpi yang belum tercapai, masih banyak PR2 yang harus diselesaikan.

Thanks to God untuk perjalanan yang LUAR BIASA ini :D, tak lupa doa-doa Orang Tua yang selalu menyertai setiap langkah di perjalanan ini, dan juga untuk semua orang-orang yang telah memberikan saya kesempatan dan ruang, untuk kembali lagi berkarya. Terima kasih.

“Hidup ini luar biasa indahnya, ketika kita mau bergandengan tangan, bukan hanya saat kita merasakan suka, namun di kala mengalami duka sekalipun…”

Sabtu, 28 Desember 2013

Tentang 2 Bata Jelek



Beberapa hari ini, saya sedang membaca sebuah buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Sebuah buku yang sudah lama saya tahu, namun tidak sekalipun saya pengen membacanya waktu itu. Dan, sekaranglah waktu itu datang, disaat yang tepat dan kondisi yang sedang membutuhkan bacaan.

Tentang 2 bata jelek, salah satu tulisan yang menarik sekali buat saya. 2 bata jelek ini menceritakan tentang bagaimana kebanyakan dari kita selalu melihat tentang keburukan, tentang kesalahan, ya intinya tentang hal-hal yang negatif yang dimiliki manusia dan mengabaikan tentang ratusan bata baik lainnya.

Seringkali yang terjadi adalah kita berfokus kepada kekurangan, kekeliruan, kesalahan, keburukan, dan itulah 2 bata jelek yang kita miliki, tiap orang memiliki hal itu, pasti. Padahal di dalam diri kita masing-masing juga ada, ratusan bata baik yang lebih banyak daripada 2 bata jelek itu, namun ketika kita sudah fokus ke 2 bata jelek itu, yang baik pun juga sudah terlupakan.

Banyak orang merasa, bahwa mereka tidak punya apa2, tidak bisa ngapa2in, yang ujung-ujungnya stress sendiri dan akhirnya mati konyol karena bunuh diri, ya karena mereka hanya melihat 2 bata jelek itu saja dalam diri masing-masing, fokus di kekurangan, bukan sebaliknya, padahal jumlah batanya lebih banyak yang baik daripada yang jelek. Ya itulah manusia. Sama halnya, ketika kita mempunyai pasangan, kadang isinya bentrok melulu, salah melulu, mencari kesalahan demi kesalahan, padahal jika mau melihat dari sudut pandang yang lebih luas, disamping 2 bata jelek dari pasangan itu, semuanya bata baik yang jumlah banyak. Manusia yang sedikit terlena karena emosi.

Seakan2 kejadian-kejadian yang dialami paling buruk, sehingga kebaikan2 yang pernah terjadi, kelebihan2 yang dimiliki tidak ada artinya. Mungkin memang tidak mudah untuk mencari jalan keluarnya, apalagi yang sudah terlanjur memiliki ego tinggi, yang tidak bisa mengalah dan mau mengucap maaf,

dan pada akhirnya, mau tidak mau, BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI dan menerima kekurangan orang lain yang jadi exitnya.

Rabu, 25 Desember 2013

Tentang Sebuah Pilihan



Ada banyak pilihan yang tersedia dalam perjalanan hidup kita. Semuanya bebas untuk kita pilih, tanpa harus takut kepada orang lain. Terkadang pilihan yang kita pilih membuat orang lain mendukung atau bahkan sebalik, menentang pilihan kita. Lebih banyak yang patah arang ketika pilihan kita, tidak didukung orang lain, dan memilih menuruti pilihan orang lain yang lebih mayoritas daripada pilihan diri kita sendiri hanya karena semata-mata tidak ada yang mendukung.

Respon terbaik adalah jalan terbaik untuk menjawab semua itu, ketika pilihan kita tidak ada yang mendukung, belajar untuk menguatkan diri untuk focus dan yakin bahwa pilihan kita yang terbaik, kita tidak harus serta merta menerima pendapat orang lain yang melemahkan kita, siapapun itu. Dengarkan pendapat mereka, bahkan pendapat yang buruk sekalipun, dengarkan saja, namun kita tidak harus melakukan apa yang mereka mau. Mungkin, pendapat orang lain ada benarnya tentang pilihan kita, disitulah kita harus bijak meresponi setiap pendapat yang masuk.

Saat kita memutuskan memilih sesuatu, terkadang ada sesuatu yang harus dikorbankan, bahkan bisa jadi pengorbanannya sangat besar dan belum tentu pilihan kita itu benar. TAPI, bisa jadi, apa yang kita pilih adalah sebuah gerbang menuju kehidupan baru yang lebih baik dan sangat jauh lebih baik. Siap tidak siap, kita harus bersiap menerima resiko tersebut, resiko untuk gagal atau resiko untuk berhasil.

Kuncinya satu, FOKUS untuk maju. Jangan melebaykan ketakutan-ketakutan yang ada dalam diri kita. Sekalipun pada akhirnya belum berhasil, paling tidak kita mendapatkan pengalaman berharga dan pelajaran penting.

Bertumbuh Dengan Pelukan



Tulisan ini terinspirasi dari kejadian-kejadian yang saya lihat, maupun yang saya rasakan sendiri. Pernah suatu ketika, di pagi hari, saya mendapati seorang bapak yang sedang mengantar anaknya ke sekolah dengan sepeda motornya lewat di samping rumah, dari sekilas yang saya dengar, bapak ini menasehati anaknya dengan marah-marah. Saya perhatikan ekspresi dari bapak maupun anaknya, anaknya ini sudah SMA.

Inti dari percakapan sekilas itu, “patuhlah pada apa yang dikatakan orang tua” itu kata2 yang disampaikan Bapak ke anak-anaknya tapi dengan nada yang tinggi. Ekspresi anak itu pun, ya ekspresi takut dan sudah pasti diam saja. Itu sekali, ternyata ada kali kedua dan ketiga, saya mendapati bapak itu ketika mengantarkan anaknya itu dengan ceramah marah-marah juga, saya Cuma batin, “ya mungkin cara itu yang diterapkan di keluarga itu, harus dengan marah2”.

Saya pun di didik dengan cara yang kurang lebih sama, keras dan marah2, tidak jarang juga yang namanya gagang sapu atau rotan mendarat dengan manis di badan. Dan sampai sekarang pun saya tidak habis pikir dengan cara itu, ya mungkin sudah tradisi di keluarga cara seperti itu, tapi kadang juga tidak masuk akal. Namanya anak, yang namanya nakal asal tidak kebangetan pun wajar. Dan saya mendapati, bahwa kebanyakan yang terjadi adalah, anak mengikuti keinginan orang tua, bukan sebaliknya.

Namun, kebanyakan ortu mungkin lupa, bahwa setiap anak punya hak untuk menentukan pilihan masing-masing. Buat saya tidak masalah, ortu mengarahkan namun tidak secara pihak mengekang kebebasan si anak. Anak juga berhak untuk merdeka, dan itu yang tidak pernah saya dapatkan. Ternyata ada, keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas namun tidak keras dan lebih banyak komunikasi dari hati ke hati dan saya mendapati itu. Sehingga anak pun menjadi dekat dengan orang tua, menempatkan orang tua sebagai sahabat, bukan sebagai dictator.

Seandainya, semua ortu bisa mengerti anak dari sudut pandang anak, bukan melulu tentang obsesi orang tua yang tidak pernah kesampaian dan dibebankan ke anak2nya. Dan alangkah indahnya, ketika semua keluarga tumbuh dengan pelukan. Pasti ke depan, generasi-generasi yang muncul pun bukan generasi yang mudah marah, mudah tersinggung, karena mereka di didik dengan hati dan diajari untuk mengerti orang lain.

Minggu, 15 Desember 2013

Jangan Cuma Hari Ini

[caption id="attachment_479" align="alignnone" width="300"]TIm 9 | SongoSelow TIm 9 | SongoSelow[/caption]

Kata-kata dari seorang teman baru yang semalam sempat terucap, ketika kami, kelompok kecil yang terbentuk dari berbagai macam komunitas, selesai mengikuti sebuah acara perlombaan tentang #HeritageRace yang diadakan oleh komunitas penggiat sejarah di kota Semarang. Harusnya ada 10 orang di tim kami, namun yang ada, kami hanya berdelapan. Namun hal itu tidak mengurangi keseruan yang ada di tim kami, tim nomer Sembilan yang punya slogan “ SongoSelow” :D.

Start dari pagi hari, untuk pertama kalinya kami bertemu, berkenalan, masih ada rasa-rasa canggung. Situasi mulai mencair, setelah beberapa saat satu dengan yang lain mulai mengenalkan diri. Ya itulah kami pagi itu, berangkat dari latar belakang yang berbeda, komunitas berbeda, namun semuanya menyatu, tanpa pernah memperdulikan asal muasal, pagi itu kami dibentuk untuk mengikuti lomba itu.

Dari awal, tim Sembilan, tim kami ini, tidak mengincar kemenangan, kami lebih menikmati apa yang menjadi tugas dan challenge yang diberikan oleh panitia. Menang syukur, tidak menang pun ya sudah, pagi itu kami bersenang-senang. Ketawa – ketiwi, dan kebanyakan yang kami lakukan bernarsis ria, dimana saja siap foto.

Hal itulah yang menguatkan kami sebagai tim, celotehan-celotehan kecil terjadi, guyonan, ya semuanya melebur. Tidak ada lagi tentang saya, maupun komunitas tempat saya berasal, begitu juga dengan teman2, lebur, dan inilah keseruan kami pagi itu. Teman yang baru, persodaraan baru dan pastinya akan menjadi cerita-cerita baru di masa depan.

Tim kami, memang tidak mendapatkan penghargaan apapun di malam Awarding Night di acara itu, namun ketika salah satu anggota tim kami diundang ke panggung menyampaikan testimony dan kesan-kesan mengikuti acara itu, tim kami jadi bahan pembicaraan, ya semacam trending topic disbanding tim pemenang itu sendiri :D.

Bagaimana tidak, anggota kami menceritakan salah satu moment yang sebenarnya pun menjadi momen lucu dan seru bagi kami selama mengikuti acara race ini, tentang tantangan belanjaan yang kami beli susah payah hanya karena kami keasikan membeli es doger, belanjaan itu ketinggalan dan ketika panitia di cek poin menanyakan tentang belanjaan itu, barulah kami menyadari ada yang “hilang” hahahaha. Dan tambah parah, MC di acara awarding itu memang gokil plus edan, dan jadi bahan bully-an lah tim kami di malam itu :D hahaha,, konyol memang, namun dari situ muncul persaudaraan baru.

Jangan Cuma Hari Ini, rasa persaudaraan itu muncul. Buat satu persatu cerita baru dari persaudaraan baru ini. Kenangan-kenangan baru untuk kami, saudara-saudara baru kami kelak.

“Satu Tempat, Puluhan Manusia, Sejuta Tujuan, Satu Cerita Baru ( Alim )”

Jumat, 06 Desember 2013

Kemana Fokusnya



Memang tidak bisa dipungkiri apa yang kita pikirkan pasti tidak sama dengan yang ada di pikiran orang lain. Tidak perlu jauh2, dengan orang- orang terdekat sajalah, bisakah menyamakan visi dan misi untuk mencapai sesuatu? Mungkin akan mudah sekali ketika yang dipikirkan adalah pikiran yang mainstream, yang kebanyakan orang pikirkan, namun bagaimana dengan pikiran yang menantang arus. Bisa jadi kita akan berkonflik dengan orang-orang sekitar kita yang tidak sefrekuensi pikirannya, apabila kita tidak merespon dengan benar tentang hal itu.

Namun sebenarnya kalo kita mau focus ke SOLUSI, bukan semakin memperkarakan masalah yang terjadi, semuanya bisa diselaraskan. Konflik terjadi, ketika kita dengan pihak lain saling show off ego, sama-sama kekeh dengan pendapatnya masing-masing sehingga tidak ketemu jalan tengahnya. Memang tidak mudah, untuk menurunkan ego, ada factor jaim dan gengsi yang dipertaruhkan disana. Belajar menerima pendapat orang lain itu memang tidak mudah, membutuhkan kebesaran hati, untuk memberikan ruang kepada orang lain.

Hari-hari ini saya pun juga masih belajar tentang hal itu, karena saya menyadari bahwa jalan yang saya pilih berbeda dengan orang kebanyakan dan factor-faktor dari masa lalu juga tidak bisa lepas dari kehidupan saya sekarang ini. Jadi ada 2 PR yang harus saya, perbedaan pikiran dengan lingkungan sekitar dan justifikasi atas masa lalu saya. Mungkin ketika saya focus, ke 2 hal itu, yang terjadi adalah saya tidak pernah maju dan saya akan terjebak di masa lalu saya. Namun Thanks GOD , saya sudah tidak berada disana lagi, di area masa lalu saya. Dan meskipun, harus menerima kenyataan bahwa orang-orang terdekat pergi karena ke 2 hal di atas.

Hari ini banyak orang – orang baru yang membantu saya, mengangkat rasa percaya diri saya lagi yang sempat down, membantu saya menemukan jalan dan solusi untuk menyelesaikan efek-efek masa lalu saya. Dan saya sangat mensyukuri hal itu, masih ada orang yang mau menerima saya dengan keadaan saya yang amburadul. Dan inilah yang saya perlukan, SOLUSI, karena ketika orang lain hanya berbicara tentang justifikasi dan kesalahan, rasanya saya sudah kenyang dengan hal itu. FOKUS!