Tulisan ini terinspirasi dari kejadian-kejadian yang saya lihat, maupun yang saya rasakan sendiri. Pernah suatu ketika, di pagi hari, saya mendapati seorang bapak yang sedang mengantar anaknya ke sekolah dengan sepeda motornya lewat di samping rumah, dari sekilas yang saya dengar, bapak ini menasehati anaknya dengan marah-marah. Saya perhatikan ekspresi dari bapak maupun anaknya, anaknya ini sudah SMA.
Inti dari percakapan sekilas itu, “patuhlah pada apa yang dikatakan orang tua” itu kata2 yang disampaikan Bapak ke anak-anaknya tapi dengan nada yang tinggi. Ekspresi anak itu pun, ya ekspresi takut dan sudah pasti diam saja. Itu sekali, ternyata ada kali kedua dan ketiga, saya mendapati bapak itu ketika mengantarkan anaknya itu dengan ceramah marah-marah juga, saya Cuma batin, “ya mungkin cara itu yang diterapkan di keluarga itu, harus dengan marah2”.
Saya pun di didik dengan cara yang kurang lebih sama, keras dan marah2, tidak jarang juga yang namanya gagang sapu atau rotan mendarat dengan manis di badan. Dan sampai sekarang pun saya tidak habis pikir dengan cara itu, ya mungkin sudah tradisi di keluarga cara seperti itu, tapi kadang juga tidak masuk akal. Namanya anak, yang namanya nakal asal tidak kebangetan pun wajar. Dan saya mendapati, bahwa kebanyakan yang terjadi adalah, anak mengikuti keinginan orang tua, bukan sebaliknya.
Namun, kebanyakan ortu mungkin lupa, bahwa setiap anak punya hak untuk menentukan pilihan masing-masing. Buat saya tidak masalah, ortu mengarahkan namun tidak secara pihak mengekang kebebasan si anak. Anak juga berhak untuk merdeka, dan itu yang tidak pernah saya dapatkan. Ternyata ada, keluarga yang mendidik anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas namun tidak keras dan lebih banyak komunikasi dari hati ke hati dan saya mendapati itu. Sehingga anak pun menjadi dekat dengan orang tua, menempatkan orang tua sebagai sahabat, bukan sebagai dictator.
Seandainya, semua ortu bisa mengerti anak dari sudut pandang anak, bukan melulu tentang obsesi orang tua yang tidak pernah kesampaian dan dibebankan ke anak2nya. Dan alangkah indahnya, ketika semua keluarga tumbuh dengan pelukan. Pasti ke depan, generasi-generasi yang muncul pun bukan generasi yang mudah marah, mudah tersinggung, karena mereka di didik dengan hati dan diajari untuk mengerti orang lain.
Rabu, 25 Desember 2013
Bertumbuh Dengan Pelukan
16.18
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar